Pages

Subscribe:

Rabu, 25 September 2013

Pembelajaran Terpadu bagi Anak Usia Dini

Share
 Peserta didik yang berada pada taman kanak-kanak dan sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung

Secara psikologis, anak berkembang secara holistic atau menyeluruh, artinya terdapat kaitan yang sangat erat antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lain; aspek perkembangan yang satu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek perkembangan lainnya.

Karakteristik perkembangan anak tersebut memberikan implikasi bagi para pendidik dalam mengorganisasikan kurikulum atau program pendidikan yang pada gilirannya akan memberikan implikasi juga untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pendidikan yang tepat.

Dalam kaitannya dengan karakterristik perkembangan anak, maka kurikulum TK harus direncanakan untuk membantu anak mengembangkan potensi seutuhnya. Kurikulum harus direncanakan untuk membantu anak mengembangkan poensi seutuhnya. Kurikulum harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak. Eliason dan Jenkins (1994) mengemukakan bahwa kurikulum harus member kesempatan kepada anak untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan intelektual atau kognitif. Kurikulum harus memberikan dorongan untuk mengembangkan hubungan social yang sehat, perkembangan emosi, dan fisik anak. Kurikulum seperti ini menggambarkan “kurikulum humanistik”. Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan, “Kurikulum humanistic adalah kurikulum yang menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh bukan pengalaman yang terpenggal-penggal”.

Sejalan dengan pemikiran di atas maka model pembelajaran yang paling relevan dalam upaya pencapaian semua aspek perkembangan anak tersebut adalah model pembelajaran terpadu yang disajikan berdasarkan tema-tema belajar. Eliason dan Jenkins (1994) mengemukakan bahwa tema dalam kurikulum terpadu memudahkan anak membangun konsep tentang benda atau peristiwa yang ada di lingkungan”.
Melalui tulisan ini akan dibahas tentang pengertian pembelajaran terpadu (tema), prinsip-prinsip pembelajaran tema, manfaat, dan prosedur pembelajaran tema.

Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Tematik (Terpadu)

Pembelajaran tema memiliki banyak manfaat baik bagi anak maupun bagi guru. Manfaat tersebut antara lain:
1.      Meningkatkan perkembangan konsep anak;
2.     Memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan;
3.      Meningkatkan keeratan kelompok anak;
4.      Membantu guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing manfaat pembelajaran tema. Tema membantu anak-anak memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif. Melalui partisipasi dalam pembelajaran tema, anak-anak membentuk hubungan yang utuh dari informasi yang terpisah-pisah sehingga menjadi suatu konsep yang terpadu. Konsep adalah gagasan atau ide pokok tentang objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya. Konsep merupakan merupakan kategori yang berbeda-beda, atau peristiwa yang dilihat dan dialaminya.
Menurut Berk dan Winsher (1995), anak-anak membentuk konsep melalui pengalaman langsung. Setiap saat anak-anak memanipulasi objek atau mengembangkan keterampilan misalnya melatih kemampuan motorik halus dan motorik kasar, mengobservasi, membandingkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan, mengingat, menghitung, bermain peran serta mengeksplorasi gagasan.

Pembelajaran tama dapat dilaksanakan dalam waktu yang panjang misalnya satu tahun, satu bulan, atau dalam jangka waktu yang singkat misalnya satu minggu atau beberapa hari. Melalui pembelajaran tema, anak-anak memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang lingkungannya seperti tanaman, biantang, benda-benda, atau manusia, peristiwa tertentu misalnya rekreasi, gelaja alam, kenduri, dan sebagainya.
Tujuan penyusunan dokumen model pengembangan silabus tematik di Tamakan Kanak-kanak adalah sebagai berikut:

1.      Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
2.      Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
3.      Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan,  melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
4.      Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik

 Sasaran dari Pembelajan Tematik
Sasaran dari pembelajaran tematik dapat diambil dari karakteristik pembelajaran tema menurut Konstelnik (1991), yaitu

1.      Menyediakan pengalaman langsung tentang objek-objek nyata bagi anak. Pegalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh anak dengan menggunakan semua inderanya, yaitu melihat,menyentuh, mendengar, meraba dan merasa. Melalui pengalaman seperti itu anak-anak membangun pengetahuannya denga cara memanipulasi objek, mengamati peristiwa itu atau kejadian, berinteraksi dengan manusia, dan lingkungan sekitarnya. Melalui pengalaman langsung anak mengembangkan keterampilan mengamati, membandingkan, menghitung, bermain peran, mengemukakan perasaan dan gagasan.

2.      Menciptakan kegiatan sehingga anak menggunakan semua pemikirannya. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran tema menantang anak untuk menggunakan semua pemikiran dan pemahamannya. Dengan demikian aktivitas mental anak terlibat.

3.      Mengembangkan kegiatan sesuai dengan minat-minat anak. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran tema harus relevan dengan minat anak, karena minat aak merupakan sumber ide yang potensial untuk menentukan tema. Jika minat anak dipertimbangkan dalam memilih tema maka anak akan menunjukkan pemahaman yang lebih baik.

4.      Membantu anak-anak mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan pada hal-hal yang telah mereka ketahui dan telah dapat mereka lakukan sebelumnya. Tema yang dipilih harus mempertimbangkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki anak, sehingga memudahkan mereka untuk mempelajari hal-hal baru, dengan demikian pemilihan tema harus dimulai dari tema yang sudah dikenal oleh anak.

5.      Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yangditujukan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan kognitif, social, emosi, fisik, dan estetis. Tema sebagai fokus dalam pembelajran memungkinkan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan melalui kegiatan-kegiatan belajar yang relevan.

6.      Mengakomodasi kebutuhan anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik, ineraksi social, kemandirian, dan mengembangkan harga diri positif. Setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda yang berkaitan dengan aspek ififk, social, afeksi, emosi, dan intelektual. Melalui pembelajaran tema kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat mugnkin untukdipenuhi karena pembelajaran tema menyediakan kegiatan belajar bervariasi.

7.      Memberikan kesempatan menggunakan bermain sebagai wahana belajar. Bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Melalui bermain anak melakukan proses belajar yang menyenangkan, sukarela, dan spontan. Melalui bermain anak-anak membangun konsep-konsep yang lebih abstrak.

8.      Menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan pengalaman dalam keluarga yang dibawa anak.

9.      Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga anak.

Dalam pembelajaran tema guru dapat memanfaatkan pihak keluarga atau orang tua sebagai nara sumber. Misalnya dalam membahas tema “Pekerjaan” guru dapat mengundang orang tua anak yang berprofesi sebagai petani, dokter, pedagang atau pekerjaan lainnya untuk menceritakan pengalamannya yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Ini akan lebih menarik bagi anak dari pada guru sendiri yang menceritakan. Dengan demikian seorang guru dituntunt untuk kreatif mendesain pembelajaran terpadu yang menyenangkan bagi anak.

17 Teknik Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak

Share
Biasanya para orangtua atau pun orang dewasa di sekelilingnya khawatir manakala mendapatkan anaknya di usia 2 atau 3 tahun belum lancar berbicara. Kelambanan berbahasa dapat terjadi sekalipun telah dilakukan usaha yang maksimal. Menurut American Speech-Language-Hearing Association, berbagai hambatan dalam berbicara, berbahasa, maupun hal yang berhubungan dengannya diderita oleh sekitar 14 juta orang Amerika. Pada tahun 1999, sekitar 8-12% anak berusia 3-5 tahun memiliki berbagai jenis cacat permanen atau hambatan bahasa.

Para orang tua dan pengasuh harus mengerti bagaimana penerimaan bahasa bekerja, karena keterlibatan mereka merupakan hal yang penting untuk meningkatkan perkembangan yang normal dan mengidentifikasikan berbagai masalah yang potensial.

Salah satu cara terbaik untuk mendorong pertumbuhan bahasa yang normal adalah dengan menyediakan suatu lingkungan dimana seseorang anak membutuhkan komunikasi tanpa perlu dipaksa untuk melakukannya.

Berikut ini ada beberapa teknik yang dapat Anda gunakan:
  1. Doronglah dan tanggapi berbagai usaha yang dilakukan anak Anda untuk berkomunikasi. Sebisa mungkin, berbicaralah dengan anak mengenai apa yang sedang terjadi. Contohnya apabila Anda sedang mencuci baju sementara anak Anda berada di dekat Anda, bicaralah dengannya mengenai apa yang sedang terjadi. Jawablah usaha komunikasinya seperti celotehannya, tanda heran, kontak mata, dll, dengan tanggapan yang serupa
  2. Ikuti saat anak Anda memimpin. Berbicaralah tentang sesuatu yang menarik baginya pada saat itu, bukan yang menarik bagi Anda.
  3. Berbicaralah mengenai benda-benda yang terlihat maupun peristiwa yang baru terjadi
  4. Buatlah kalimat-kalimat yang singkat
  5. Sederhanakan kalimat Anda
  6. Ulangi dan nyatakan kembali
  7. Lebih-lebihkan ingonasi Anda dan tekankan pada kata-kata yang penting
  8. Gunakan kosakata yang sederhana dan konkret
  9. Gunakan kata-kata yang memiliki terapan luas. Pilihlah kata yang dapat digunakan berkali-kali bagi objek dan peristiwa. Contohnya kata pergi dapat digunakan untuk menggambarkan mengendarai mobil, berjalan kaki, berlari, dsb.
  10. Berbicaralah sejajar dengan mata anak Anda
  11. Bersemangatlah
  12. Libatkan anak dalam beraktivitas
  13. Perlambat dan ambillah waktu jeda. Kurangi kecepatan berbicara Anda sehingga anak dapat belajar untuk membedakan berbagai bunyi dan kata.
  14. Hindari menggunakan cara bicara bayi. Sebisa mungkin, doronglah anak Anda untuk menggunakan bicara orang dewasa.
  15. Jangan mendominasi percakapan
  16. Jangan terlalu banyak bertanya dan memerintah
  17. Perlihatkan harapan Anda. Tunjukkan kepada anak Anda bahwa Anda mengharapkan mereka untuk berkomunikasi. Sebagai contoh, setelah mengatakan sesuatu padanya, jagalah kontak mata dan lihatlah ke arahnya dengan tatapan seolah mengharapkan sesuatu.
(Sumber: Dyer, Laura. Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Jakarta: Buana Ilmu Populer.  2009)