Pages

Subscribe:

Rabu, 22 April 2015

Janji Tukang Jahit

Share
Saat hari yang dijanjikan tiba, aku bergegas mampir ke tukang jahit dengan niat untuk mengambil baju hasil jahitannya. Ah... sungguh kecewa hati ini karena bajunya belum jadi. Dengan berbagai alasan si tukang jahit berargumen, “Maaf Bu... sekarang lagi banyak pesanan, tuh lihat ada pesanan dari kantor, jadi baju ibu belum dipotong. “Jadi kapan selesainya?” aku balas nanya. “Yaaa...sekitar semingguan lagi deh,” jawab si tukang jahit dengan yakinnya. Akhirnya dengan sedikit kesal, aku pergi dan berharap seminggu lagi bajunya jadi.


Seminggu kemudian aku kembali menemui tukang jahit, dan jawabannya, “Bajunya sih sudah dijahit tapi tinggal kancingnya belum....” katanya dengan tanpa merasa bersalah.  “Huh... sama saja artinya belum jadi” batinku. Jadi kapan nih saya bisa ambil bajunya? kataku dengan penuh kekesalan. “Yaaa... dua hari lagi lah ibu ambil” jawabnya dengan santai. “Bener nih Pak? Jangan janji terus, saya kan jadi bolak-balik!” kataku dengan penuh penekanan. “Iya Bu, dua hari lagi pasti sudah jadi. Sebenarnya sekarang juga harusnya sudah jadi, tapi si bos lagi ada urusan pergi ke ...bla..bla... Maaf ya Bu”, katanya..  Dengan terpaksa aku bilang,”Ya” sambil kecewa berat.  Dua kali sudah aku dikecewakan oleh tukang jahit. Dalam hati aku berjanji tak akan pernah lagi menjahit baju di tukang jahit itu. Hmmm.. janji tinggal janji.
Dua hari berikutnya, kembali aku datang ke tukang jahit dengan harapan kali ini benar-benar bajunya sudah jadi.  Dan... kekecewaanku semakin memuncak saat si tukang jahit kembali meminta maaf dengan membeberkan berbagai alasan semasuk akal mungkin, “ Lobang kancingnya sudah dibikin sih, tapi kancingnya belum dipasang, Bu”. What??... Sungguh keterlaluan nih si Bapak, sudah bolak-balik sampai tiga kali, bajunya belum jadi juga. Semakin mantaplah diriku berikrar dalam hati, “sampai kapan pun aku gak akan pernah jahit baju lagi di tempat ini!” sampai sumpah segala loh....  
Meskipun kecewa berat, tapi aku bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga dari kejadian ini, bahwa kita tidak boleh berjanji  sekedar janji tanpa usaha untuk menepatinya. Seringkali tanpa sadar kita pun sering berjanji pada teman atau kerabat hanya karena untuk menyenangkannya, Insya Allah seringkali kita ucapkan dengan enteng  tanpa niat untuk melakukannya . Insya Allah dimaknai antara ya dan tidak, cari aman, daripada jawab tidak bisa kan gak enak... Padahal makna dari Insya Allah itu sendiri sangat lah luhur, kita berusaha dan Allah lah yang mengijinkan semuanya terjadi.
Janji adalah hutang, itulah yang harus selalu kita ingat karena memang pada saat kita berjanji pada seseorang, maka kita diwajibkan untuk berusaha menepatinya, kecuali Allah tidak mengijinkan. Karena itu lah Insya Allah adalah perkataan yang baik dan apabila diucapkan dengan tujuan yang benar akan mendatangkan kebaikan untuk kita, dan sebaliknya jika kita tidak menepati janji yang kita ucapkan, maka timbangan keburukan yang akan bertambah.
Banyak orang yang dengan mudahnya berjanji. Mulai dari politikus, dengan janji-janji politiknya... janji suami pada istri dengan janji-janji manisnya... atasan yang berjanji akan memperhatikan bawahannya... pekerja yang berjanji akan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu... orang tua yang berjanji akan ngajak liburan.. atau orang yang berhutang namun tidak membayar sesuai yang dijanjikannya, bahkan... seringkali kita lupa dengan janji yang telah kita ucapkan sendiri. Mmmhh... JANJI memang mudah diucapkan namun terkadang lupa untuk menepatinya.
Seperti halnya si tukang jahit tadi.. telah kehilangan seorang pelanggan dengan mudahnya akibat dari sebuah janji yang tidak ditepati.