Saat hari yang dijanjikan tiba, aku bergegas mampir
ke tukang jahit dengan niat untuk mengambil baju hasil jahitannya. Ah...
sungguh kecewa hati ini karena bajunya belum jadi. Dengan berbagai alasan si
tukang jahit berargumen, “Maaf Bu... sekarang lagi banyak pesanan, tuh lihat
ada pesanan dari kantor, jadi baju ibu belum dipotong. “Jadi kapan selesainya?”
aku balas nanya. “Yaaa...sekitar semingguan lagi deh,” jawab si tukang jahit
dengan yakinnya. Akhirnya dengan sedikit kesal, aku pergi dan berharap seminggu
lagi bajunya jadi.
Seminggu
kemudian aku kembali menemui tukang jahit, dan jawabannya, “Bajunya sih sudah
dijahit tapi tinggal kancingnya belum....” katanya dengan tanpa merasa bersalah. “Huh... sama saja artinya belum jadi”
batinku. Jadi kapan nih saya bisa ambil bajunya? kataku dengan penuh kekesalan.
“Yaaa... dua hari lagi lah ibu ambil” jawabnya dengan santai. “Bener nih Pak?
Jangan janji terus, saya kan jadi bolak-balik!” kataku dengan penuh penekanan.
“Iya Bu, dua hari lagi pasti sudah jadi. Sebenarnya sekarang juga harusnya
sudah jadi, tapi si bos lagi ada urusan pergi ke ...bla..bla... Maaf ya Bu”,
katanya.. Dengan terpaksa aku bilang,”Ya”
sambil kecewa berat. Dua kali sudah aku
dikecewakan oleh tukang jahit. Dalam hati aku berjanji tak akan pernah lagi
menjahit baju di tukang jahit itu. Hmmm.. janji tinggal janji.
Dua hari
berikutnya, kembali aku datang ke tukang jahit dengan harapan kali ini
benar-benar bajunya sudah jadi. Dan...
kekecewaanku semakin memuncak saat si tukang jahit kembali meminta maaf dengan
membeberkan berbagai alasan semasuk akal mungkin, “ Lobang kancingnya sudah
dibikin sih, tapi kancingnya belum dipasang, Bu”. What??... Sungguh keterlaluan nih si Bapak, sudah bolak-balik
sampai tiga kali, bajunya belum jadi juga. Semakin mantaplah diriku berikrar
dalam hati, “sampai kapan pun aku gak akan pernah jahit baju lagi di tempat
ini!” sampai sumpah segala loh....
Meskipun
kecewa berat, tapi aku bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga dari kejadian
ini, bahwa kita tidak boleh berjanji
sekedar janji tanpa usaha untuk menepatinya. Seringkali tanpa sadar kita
pun sering berjanji pada teman atau kerabat hanya karena untuk menyenangkannya,
Insya Allah seringkali kita ucapkan dengan enteng tanpa niat untuk melakukannya . Insya Allah
dimaknai antara ya dan tidak, cari aman, daripada jawab tidak bisa kan gak
enak... Padahal makna dari Insya Allah itu sendiri sangat lah luhur, kita
berusaha dan Allah lah yang mengijinkan semuanya terjadi.
Janji adalah
hutang, itulah yang harus selalu kita ingat karena memang pada saat kita
berjanji pada seseorang, maka kita diwajibkan untuk berusaha menepatinya,
kecuali Allah tidak mengijinkan. Karena itu lah Insya Allah adalah perkataan
yang baik dan apabila diucapkan dengan tujuan yang benar akan mendatangkan
kebaikan untuk kita, dan sebaliknya jika kita tidak menepati janji yang kita
ucapkan, maka timbangan keburukan yang akan bertambah.
Banyak
orang yang dengan mudahnya berjanji. Mulai dari politikus, dengan janji-janji
politiknya... janji suami pada istri dengan janji-janji manisnya... atasan yang
berjanji akan memperhatikan bawahannya... pekerja yang berjanji akan
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu... orang tua yang
berjanji akan ngajak liburan.. atau orang yang berhutang namun tidak membayar
sesuai yang dijanjikannya, bahkan... seringkali kita lupa dengan janji yang
telah kita ucapkan sendiri. Mmmhh... JANJI memang mudah diucapkan namun
terkadang lupa untuk menepatinya.
Seperti halnya si tukang jahit tadi.. telah kehilangan seorang pelanggan
dengan mudahnya akibat dari sebuah janji yang tidak ditepati.