Pages

Subscribe:

Kamis, 16 Februari 2012

Pendidikan Anak di Era TIK

Share
Saat ini teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga menimbulkan implikasi bagi kehidupan masyarakat umumnya. Alat komunikasi yang tadinya hanya berupa tulisan, sekarang sudah berkembang menjadi telephone bahkan telephone genggam (HP) sudah bukan merupakan barang mahal lagi, hampir semua lapisan masyarakat sudah terbiasa dengan alat komunikasi handphone. Selain itu, informasi di era global menjadi tanpa jarak dengan adanya perkembangan internet. Masyarakat jaman sekarang sudah banyak yang tidak gaptek lagi, terutama di kota-kota sudah banyak tersebar warung internet (warnet) yang melayani jasa penggunaan internet. Anak-anak sudah mulai terbiasa menghabiskan waktunya di warnet untuk bermain internet. Di satu sisi, perkembangan TIK berdampak positif, diantaranya dengan internet, dapat memperoleh informasi dengan cepat, mendapat ilmu baru dan wawasan dari negara lain, sebagai sumber belajar di sekolah, memperoleh teman untuk berbagi informasi, bahkan bisa jadi terkenal juga karena internet.


Namun demikian, perkembangan TIK juga berdampak negatif bagi masyarakat terutama yang menjadi sorotan adalah anak-anak, karena masa anak-anak sampai remaja (usia sekolah) adalah masa meniru dan mencari sehingga informasi negatif dapat dengan mudah masuk kepada anak-anak. Seperti contohnya kekerasan, kenakalan remaja dan pornografi yang dapat dengan mudah diakses oleh anak-anak. Yang lebih memprihatinkan adalah bila seorang anak ketagihan pornografi di internet yang sekarang dapat diakses dengan mudah bahkan melalui telepon genggam. Awalnya, mungkin seorang anak tidak berniat untuk melihat pornografi dan akan memanfaatkan Internet untuk tujuan yang baik. Tetapi, situs porno ini dapat muncul secara tiba-tiba saat seorang anak mencari bahan informasi untuk tugas sekolahnya atau untuk keperluan lainnya. Seorang anak yang masih lugu belum dapat menilai baik atau buruknya suatu hal, maka seorang anak usia 8-12 tahun sering menjadi sasaran. Seorang anak yang kecanduan akan sulit menghentikan kebiasaannya sehingga dia akan melakukan hal tersebut berulang kali. Anak dapat merasa bersalah tetapi tidak berani mengutarakan perasaannya kepada orang-tuanya karena takut atau kesibukan ayah dan ibunya. Dalam keadaan cemas, otak berputar 2,5 kali lebih cepat dari putaran biasa pada saat normal. Akibat perputaran yang terlalu cepat ini, otak seorang anak dapat menciut secara fisik sehingga otak tidak berkembang dengan baik. Suatu keadaan yang dapat merusak masa depan seorang anak. Selain itu, gambar-gambar cabul yang ada di situs web porno, biasanya akan melekat dan sulit untuk dihilangkan dalam pikiran anak dalam jangka waktu yang cukup lama. Melihat dampak yang dahsyat dari pornografi, maka yang pertama bertanggung jawab untuk menyelamatkan anak-anak dari bahaya tersebut adalah orang tua di dalam keluarga.

Dengan mengetahui dampak negatif dari Internet, sebagai orang-tua perlu melakukan hal-hal berikut:
  • Orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang Internet Dengan pengetahuan tersebut, maka orang tua akan mengetahui jika TIK itu ternya juga berdampak negatif apabila disalahgunakan pemanfaatannya.
  • Yang terpenting adalah menanamkan rasa takut akan Tuhan, sehingga walau orang tua tidak ada, tetapi dia tahu bahwa Tuhan memperhatikan dan melihat apa yang dilakukannya.
  • Letakkan komputer di tempat yang mudah dilihat Kadang orang-tua merasa bangga dengan dapat meletakkan dalam kamar anak mereka sebuah komputer yang terhubung Internet. Hal ini sebenarnya akan membahayakan anak karena mereka dapat leluasa mengakses situs-situs yang tidak baik tanpa diketahui orang-tua. Sebaliknya, dengan meletakkan di tempat terbuka, misalnya di ruang keluarga, orang tua dapat memantau situs apa saja yang dibuka anak.
  • Bantu agar anak dapat membuat keputusan sendiri Karena orang tua tidak dapat mengawasi anak 24 jam, biasakan anak untuk mengambil keputusan mulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya, memutuskan untuk menggunakan pakaian yang mana atau tanyakan pendapat dan sudut pandang anak. Sehingga saat orang tua tidak ada atau saat muncul situs porno mereka dapat mengambil tindakan yang tepat.
  • Batasi penggunaan Internet Jangan biarkan anak anak terlalu asyik di dunia maya. Tetapkan berapa lama Internet boleh digunakan dan situs apa saja yang boleh diakses. Jelaskan hal ini kepada anak-anak dan bantu anak untuk memahami keputusan ini.
  • Jaga komunikasi yang baik dengan anak Sebagai orang tua harus meluangkan waktu untuk bercanda dengan anak dan berkomunikasi dengan terbuka. Komunikasi yang baik dan keakraban dengan anak akan memudahkan orang tua untuk menanamkan nilai-nilai moral.
  • Mengawasi pergaulan anak-anak dengan mengatahui siapa teman sepermainannya.
 Selain orang tua, yang memiliki peran dalam pendidikan anak di era TIK adalah sekolah dalam hal ini guru. Guru harus selalu memberikan pengarahan dan pembinaan tentang dampak negatif dari teknologi terutama internet. Agama dan moral harus dijadikan landasan utama dalam pembelajaran di sekolah. Guru harus selalu mengingatkan pada anak didik tentang adanya hal-hal negatif sebagai dampak dari perkembangan TIK. Lebih lanjut, guru harus selalu memberikan arahan agar anak selalu ingat bahwa semua perbuatannya akan dilihat oleh Tuhan dan harus dipertanggung jawabkan oleh masing-masing. Dengan demikian, tantangan bagi guru di era TIK ini sangat lah besar, karena guru tidak hanya memberikan materi pelajaran tapi yang terpenting adalah selalu mengajarkan nilai-nilai positif yang sejalan dengan agama maupun budaya.

Dalam pendidikan anak di era TIK, pengawasan oleh masyarakat pun perlu dilakukan. Masyarakat harus peduli dan ikut mengawasi pergaulan anak-anak yang negatif. Misalnya apabila ada aktifitas anak-anak yang menyimpang maka masyarakat bisa menegur dan melaporkannya ke sekolah atau keluarganya. Keberadaan warnet yang menjamur di kota-kota juga perlu ikut diawasi oleh masyarakat, jangan sampai keberadaan warnet menjadi tempat anak-anak untuk berbuat yang negatif. Dengan demikian, mudah-mudahan dengan adanya kerjasama dari orang tua, guru dan masyarakat dalam membendung dampak negatif dari TIK maka anak-anak akan tumbuh menjadi pemuda harapan bangsa yang berprestasi dan selalu berperilaku yang baik sesuai dengan norma agama dan masyarakat.
oleh: Irni Wulandari

0 komentar:

Posting Komentar